Lima Puluh Kota

Jembatan Harau Senilai 1,1 Miliar Tidak Maksimal: Apa Penyebabnya?

730
×

Jembatan Harau Senilai 1,1 Miliar Tidak Maksimal: Apa Penyebabnya?

Sebarkan artikel ini

LIMAPULUH KOTA|Matapublic.com – Jembatan Harau, proyek yang menelan anggaran hingga Rp1,1 miliar, tidak dapat dimanfaatkan warga secara maksimal sebagaimana fungsi utama sebuah jembatan. Proyek yang rampung pada akhir tahun 2024 ini menimbulkan banyak keluhan, terutama dari masyarakat sekitar.

Warga setempat kini harus menggunakan jembatan alternatif yang kondisinya sudah miring. Bus pariwisata yang hendak melintasi daerah wisata di Nagari Harau terpaksa menghindari jembatan utama karena kemiringan jalan yang ekstrem dan berisiko tinggi. Bahkan, menurut pengakuan masyarakat, kendaraan besar seperti bus bisa terguling jika tetap memaksa melintasi jembatan tersebut.

Permasalahan Kemiringan Oprit

Kemiringan oprit jembatan mencapai 20° hingga 30° dan hanya ditimbun dengan tanah biasa, yang diduga tidak sesuai spesifikasi. Seorang warga mengungkapkan bahwa tanah timbunan ini seharusnya diperkeras menggunakan material seperti sirtu (pasir dan batu) atau betonisasi untuk menjaga kestabilan jalan.

“Biasanya oprit itu dibetonisasi atau minimal menggunakan material yang lebih kuat, bukan hanya tanah. Saat hujan, tanah akan menjadi lunak dan berbahaya bagi pengendara,” jelas seorang warga.

Kondisi ini semakin memperkuat dugaan bahwa pengerjaan proyek tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Meski demikian, pihak kontraktor, CV Gaiden, berdalih bahwa pelaksanaan pekerjaan sudah dilakukan sesuai anggaran yang tersedia. Kepala Bidang Bina Marga, Fadriansyah, juga mengonfirmasi bahwa ketersediaan dana hanya memungkinkan pengerjaan hingga tahap penimbunan tanah.

E-Katalog dan Kritik Warga

Proyek ini dilelang melalui E-Katalog oleh Dinas PUPR Limapuluh Kota, namun beberapa pihak menilai sistem lelang tersebut justru menurunkan kualitas proyek. “Pakai sistem E-Katalog memang efisien, tapi hasilnya jadi seperti ini, oprit tidak dibetonisasi,” sindir warga. Kritik ini mencerminkan kekecewaan masyarakat atas sistem pengadaan yang dianggap kurang efektif.

Dampak pada Wisata Lembah Harau

Kemacetan dan kerusakan akses jalan akibat jembatan yang tidak sempurna diduga menjadi salah satu faktor penurunan kunjungan wisatawan ke Lembah Harau. Pengendara lebih memilih melewati jalan alternatif yang dinilai lebih aman meskipun kondisinya juga kurang ideal.

“Wisatawan jadi enggan ke sini. Jembatan utama malah bikin takut karena licin dan berbahaya,” keluh seorang pengemudi.

Harapan Warga

Masyarakat berharap pemerintah segera memperbaiki oprit jembatan agar fungsi jembatan benar-benar optimal. “Jangan sampai jembatan yang mahal ini hanya menjadi pajangan. Kami butuh akses jalan yang layak,” tegas seorang tokoh masyarakat.

Penjelasan Teknis: Oprit Jembatan

Oprit jembatan adalah timbunan tanah di belakang struktur utama yang berfungsi sebagai penghubung antara jalan dan jembatan. Oprit harus dibuat sepadat mungkin dan sering kali diperkuat dengan dinding penahan untuk menghindari penurunan tanah. Berdasarkan standar teknik, material oprit dibagi menjadi dua jenis:

1. Timbunan Biasa

Digunakan hingga elevasi tertentu tanpa fungsi khusus. Material ini tidak boleh berasal dari tanah dengan plastisitas tinggi atau tanah yang mudah mengembang.

2. Timbunan Pilihan

Digunakan untuk fungsi khusus, seperti mengurangi tekanan lateral pada dinding penahan tanah. Material harus memiliki daya dukung yang tinggi dengan CBR minimal 10%.

Sayangnya, oprit Jembatan Harau hanya menggunakan timbunan tanah biasa yang tidak memenuhi standar kualitas untuk proyek sebesar ini.(Tim)