Lima Puluh Kota

Derita Diva, Gadis 18 Tahun di Lubuk Batingkok Berjuang Lawan Tumor Ganas yang Menjalar ke Otak

178
×

Derita Diva, Gadis 18 Tahun di Lubuk Batingkok Berjuang Lawan Tumor Ganas yang Menjalar ke Otak

Sebarkan artikel ini

LIMAPULUH KOTA|Matapublic.com– Suasana pilu menyelimuti sebuah rumah sederhana di Jorong 3 Balai, Nagari Lubuk Batingkok. Di dalam rumah itu, seorang gadis belia bernama Diva (18 tahun) tengah berbaring lemah menahan sakit yang tiada tara.

Diva, satu-satunya anak perempuan dalam keluarganya, sudah 1,5 tahun berjuang melawan tumor ganas di kantong empedu. Namun, penyakit itu tidak berhenti di sana. Kini, tumor tersebut telah menjalar hingga ke bagian otaknya, membuat tubuhnya semakin rapuh dan langkahnya semakin berat.

Air Mata Sang Ibu

Sang ibu, Marlina Yanti, hanya bisa mendampingi buah hatinya dengan penuh kesabaran. Setiap hari, ia menyaksikan Diva berjuang menahan rasa sakit yang tak bisa ia bagi dengan siapa pun. Dengan mata sembab, Marlina berkata lirih,

“Besok hasil scan keluar, dokter masih menunggu untuk memastikan apakah Diva akan dioperasi atau harus menjalani kemoterapi. Hati saya hancur, tapi saya harus kuat demi anak saya,” ucapnya dengan suara terbata.

Harapan yang Tergantung Tipis

Di usia 18 tahun, seharusnya Diva tengah menatap masa depan, duduk di bangku sekolah atau kuliah, menorehkan prestasi, dan mengejar cita-cita. Namun takdir membawanya pada perjuangan berat: berbaring di ranjang, ditemani selang infus dan obat penahan rasa sakit.

Diva bukan hanya anak, ia juga tulang punggung kasih sayang bagi keluarganya. Ia memiliki seorang abang bernama Syukri, dan dua adik laki-laki, Ronald serta Ziyon. Sebagai satu-satunya anak perempuan, Diva selalu menjadi penghibur hati ayah dan ibunya, juga kakak yang penuh perhatian bagi adik-adiknya. Kini, rumah yang dulu ramai dengan canda tawa, berubah menjadi sunyi, hanya dipenuhi suara isak tangis dan doa.

Kesedihan dan Harapan Keluarga

Kondisi ini tidak hanya menyayat hati, tapi juga menjadi beban berat secara ekonomi. Biaya pengobatan yang besar membuat keluarga harus menahan banyak kesulitan. Namun, Marlina Yanti tidak pernah berhenti berharap. “Kami hanya bisa memohon doa dari semua orang. Doakan Diva diberi kekuatan. Jika ada yang tergerak membantu, itu akan sangat berarti untuk hidup anak saya,” ucapnya sambil menyeka air mata.

Doa dan Dukungan Sangat Dibutuhkan

Kisah Diva adalah potret nyata bagaimana penyakit bisa merenggut senyum seorang gadis belia yang seharusnya sedang meniti mimpi. Namun di balik penderitaan ini, ada harapan besar bahwa masih banyak hati baik di luar sana yang bisa membantu meringankan beban.

Di balik tubuh rapuhnya, Diva tetap memiliki semangat untuk sembuh. Ia masih ingin bersekolah, masih ingin bermain bersama teman-temannya, dan masih ingin merasakan hangatnya kebersamaan bersama keluarga. Harapan-harapan itu kini bergantung pada doa, dukungan, dan bantuan semua pihak.

Mari bersama-sama ulurkan tangan untuk mendoakan dan membantu Diva agar tetap tegar menghadapi ujian berat ini. Karena bagi Diva, setiap doa adalah obat, dan setiap kepedulian adalah cahaya harapan.(*)