NasionalPeristiwa

Amerika Serikat Tempatkan Rudal Typhon di Filipina: Kerja Sama Strategis yang Meningkatkan Ketegangan Indo-Pasifik

249
×

Amerika Serikat Tempatkan Rudal Typhon di Filipina: Kerja Sama Strategis yang Meningkatkan Ketegangan Indo-Pasifik

Sebarkan artikel ini

JAKARTA| Matapublic.com – Amerika Serikat (AS) telah menempatkan sistem rudal Typhon di Filipina pada awal tahun ini. Informasi ini diungkapkan oleh Mayor Jenderal Marcus Evans, Komandan Divisi Infanteri ke-25 Hawaii, dalam wawancara di Manila pada Senin (21/10/2024).

Sistem rudal canggih ini memungkinkan latihan militer gabungan antara pasukan AS dan Filipina pada bulan April lalu. Selain itu, rudal Typhon dipersiapkan untuk potensi penggunaan dalam persenjataan berat di kawasan kepulauan tersebut.

Menurut Mayor Jenderal Evans, sistem ini memberikan kesempatan bagi kedua negara untuk mempelajari cara memanfaatkan kemampuan militer bersama. “Tantangan lingkungan di kawasan ini sangat unik dibandingkan dengan wilayah lain,” ujarnya, seperti dikutip dari Newsweek.

Pentingnya Typhon dalam Strategi Indo-Pasifik

Typhon menjadi elemen penting dalam kerja sama militer AS-Filipina, khususnya di tengah meningkatnya ketegangan dengan China. Panglima militer Filipina, Jenderal Romeo Brawner Jr., bahkan menyatakan keinginannya agar sistem rudal ini tetap berada di Filipina secara permanen.

Awalnya, sistem rudal ini dijadwalkan meninggalkan Filipina. Namun, tiga pejabat Filipina baru-baru ini mengonfirmasi bahwa Typhon akan tetap berada di wilayah tersebut tanpa batas waktu. Sistem ini dilengkapi dengan Rudal Standar-6 (SM-6) jarak menengah dan Rudal Serang Darat Tomahawk, yang memperkuat pertahanan strategis Filipina.

Keberadaan rudal ini juga terkait erat dengan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA). Perjanjian yang ditandatangani pada 2014 ini memungkinkan rotasi pasukan AS di pangkalan militer Filipina tertentu.

Respon China dan Tantangan Keamanan

Keberadaan sistem rudal AS ini memicu reaksi keras dari China. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyatakan bahwa keberadaan rudal tersebut dapat meningkatkan ketegangan dan tidak sejalan dengan kepentingan negara-negara di kawasan. Konflik teritorial di Laut China Selatan telah lama menjadi sumber ketegangan, mendorong Filipina untuk memperkuat aliansi militernya dengan AS.

Sementara itu, latihan gabungan antara kedua negara terus ditingkatkan. Latihan Salaknib, yang dijadwalkan tahun depan, akan menampilkan teknologi militer terbaru AS dan melibatkan berbagai skenario operasional yang lebih kompleks.

Mayor Jenderal Evans menegaskan pentingnya integrasi kemampuan militer kedua negara. “Kami bekerja bersama mitra kami di Filipina untuk memahami bagaimana sistem ini akan diintegrasikan dalam operasi militer mereka,” jelasnya.

Masa Depan Kerja Sama AS-Filipina

Kerja sama strategis ini diproyeksikan akan terus berkembang, dengan fokus pada peningkatan kesiapan tempur dan penggunaan teknologi mutakhir. Latihan Salaknib diharapkan menjadi salah satu langkah penting dalam memperkuat hubungan pertahanan kedua negara, di tengah meningkatnya tekanan geopolitik di kawasan Indo-Pasifik. (Red)